SOLIHIN

Kini suara teriakan itu setiap malam terdengar di kampung yang tak biasa dengan gemuruh bising suara yang tak bersahabat,bukan saja untuk keluarga itu,tapi tentunya untuk penduduk setempat.

Berawal dari siang yang terik,ketika dia ingin kembali pulang membawa surat penting yang dia sudah ambil dari jarak 30 km dari rumahnya,ketika itu dia tidak sendiri,bersama teman yang memang selalu setia menemani malamnya,begadang,bernyanyi,bahkan sesekali suara ketawa lantang selalu terdengar malam harinya,sangat menggangu dan tentu saja membuat para tetangga merasa tidak nyaman dengan keadaan itu. Solihin memang terbiasa dengan teman-temannya,minum 3 bahkan 4 botol tuak bersama setiap malamnya.kebiasaan itu terulang setiap malamnya.

Dan sampai dia mencoba melakukannya kembali ketika siang terik menyengat itu,entah apa yang solihin pikirkan,apakah itu adalah salah satu cara yang di lakukan sebagai bentuk perayaan kalau sepeda motor yang dia kredit selama 2 tahun telah lunas angsurannya. Solihin dan temannya seperti memaksakan diri pulang ketika sudah menghabiskan 4 botol tuak sebelum kembali kerumahnya,bersama hendra dia terjerambak jatuh keatas aspal yang sudah tersengat panas matahari,seperti sudah terbiasa merasakan lembutnya bantal dan nikmatnya tempat tidur setelah mabuk-mabukan malam harinya,tapi kini,nasibnya berbeda,dia harus merelakan dirinya menyatu dengan panasnya aspal siang itu.

 Hendra yang menjadi joki saat itu harus rela kehilangan gigi depannya dan terkena jahitan di mulutnya,sementara solihin yang tidak memakai helm,kepalanya terbentur aspal dan seolah seperti orang yang hilang ingatan.

Teriakan kesakitan selalu terdengar setiap malamnya.
"Aduh sakit,aku ingin mati saja". teriaknya kesakitan
"istigfar makanya,jangan teriak-teriak begitu saja". istrinya yang tambun sesekali mengingatkan
"coba kamu rasakan rasa sakit di kepalaku ini" katanya dengan rasa iba

Semiggu berlalu,dia masih mengeluh sakit dan tidak pernah tidur dengan pulas,kasihan memang solihin yang sering begadang,menghabiskan waktu dengan teman-temannya,teriak dengan lantang dan tertawa dengan keras dikala semua orang bermimpi dan beristirahat untuk keesokan harinya mereka siap dengan aktifitas paginya.

Sesekali teriakan itu kembali berkumandang di malam gelap,istrinya yang tambun sudah mulai terbiasa dan seolah tidak peduli,bagaimana tidak ketika solihin mau dibawa ke dokter,dia menolak,jangankan ke dokter minum obat saja dia takut,dan solihin mengeluh pada dirinya sendiri,kenapa aku begini tuhan?.



Comments

Popular posts from this blog

Masjid Jami Saleh Hambali Perkuat Keislaman di Bengkel

Tiga Spot Camping Seru di Sembalun

Menikmati Serunya Snorkeling di Gili Petelu