Terjamah Matahari Terbit Di Telong-Elong
Menanti detik-detik sang Raja muncul |
Deru suara mesin kapal nelayan membuat saya semakin
tidak sabar untuk langsung bergegas berangkat ke pelabuhan. kali ini saya ingin
sekali mewujudkan mimpi untuk bisa melihat sunrise (matahari terbit) langsung.
Pelabuhan Telong-Elong menjadi tempat saya mengukir sejarah tersebut. Saya
melihat matahari terbit dari balik bukit yang nampak dari pulau seberang.
Dengan ditutupi perbukitan dan berada tepat dilautan luas dengan pulau-pulau kecil
sekitar, seakan menjadi pelengkap indahnya pagi itu. Gili Gede dan Gili Sunut
serta pulau-pulau kecil yang tidak bernama sekalpun terlihat dari sini. Begitu
pula di utara sana, garis tepi Labuhan Haji tergambar dengan jelas.
Sunrise dari balik pulau seberang |
Telong-Elong merupakan desa nelayan yang terletak di
Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur (Lotim). Mayoritas masyarakat disini adalah
nelayan budi daya lobster. Bisa dibilang walaupun tempat ini adalah desa
nelayan, tapi pola kehidupannya lebih maju dibandingkan dengan desa nelayan Teluk Ekas.
Fasiltas berupa listrik dan jaringan internet sudah bisa diakses oleh
masyarakat sekitar, berbeda dengan Teluk Ekas yang listrik saja masih
mengunakan AKI dengan bantuan Solar Cell.
Awan mulai bergeser, memberikan tempat untuk sang Raja |
Telong- Elong terletak sekitar satu Kilometer dari
pasar Jerowaru. Akses jalan yang sudah bagus membuat saya terkesan dengan
tempat ini. Saya berada di desa ini dalam rangka tugas research bersama dengan salah satu NGO dari Amerika. Di tempat ini
saya menginap selama dua malam di rumah warga yang sebelumnya telah direkomendasikan
oleh kepala desa setempat. Ini adalah hal yang sangat menarik buat saya, Karena
pada saat research saya banyak mengobrol dengan warga sekitar. Bahkan ikut
melaut dan mendayung menuju troll penangkaran lobster salah satu nelayan
setempat.
Fajar menyingsing |
Pada saat itu merupakan pagi pertama saya berada di
Telong-Elong, dimana sebelumnya saya sudah bertanya kepada salah satu warga
tentang suasana pagi di tempat ini. Ia mengatakan, kalau saya bisa melihat
matahari terbit langsung di pelabuhan. itu membuat saya sangat senang dan tidak
sabar untuk bangun sebelum adzan Subuh. Tidak lupa saya mengecek baterai kamera
digital dan mengingatkan teman untuk pergi bersama ke pelabuhan keesokan
paginya nanti. kenapa harus bersama dengan teman? Karena, pada saat
moment-moment tertentu ada yang menjepret
gambar saya nantinya.
Mulai menampakkan Mahkotanya |
Keesokan paginya, tidak ada perubahan dari rencana
pada saat malam sebelumnya. Setelah shalat Subuh saya langsung bergegas menuju
ke pelabuhan yang berada kira-kira 300 meter dari tempat penginapan. Saya
memilih berjalan kaki menuju kesana, karena dengan itu saya akan bisa melihat
aktifitas pagi dari para nelayan dan tentu saja pemandangan Telong-Elong di
saat fajar. Saat itu pukul 05.30 wita, fajar mulai menyingsing. Derap langkahku
semakin terpacu kencang, supaya tidak
kalah oleh sinaran awal matahari menyentuh lautan dan pulau-pulau kecil
sekitar.
Pada pukul 05.50 Wita, bayangan pegunungan sudah
mulai terlihat dari ujung lautan dan pulau-pulau yang telah berdo’a
menginginkan dia kembali sekarang sudah terlihat hijaunya. Saya pun langsung
mencari spot untuk berpose dan yang paling penting merekam detik-detik sang
raja keluar dari istananya.
Sunrise |
Matahari terbit dari upuk timur,menggugah semangat
pagi diantara deru mesin perahu yang melaju. Ditambah burung terbang menyapa
alam dan ikan-ikan yang tertangkap pasrah menyerahkan hidupnya untuk nelayan.
Sementara di ujung selatan, saya melihat kepingan-kepingan awan mulai bergegas
menggeser dirinya untuk memberikan tempat kepada sang raja untuk bersinar.
ngalir Gus ...
ReplyDeleteNice pict
ReplyDeletemantap mantap,,,, kembangkan
ReplyDelete