Ketenangan di Pantai Perigi Seberang Teluk Bumbang



Matahari siang itu bersinar tepat di atas kepala, aku dan beberapa teman duduk di berugak yang sengaja dibangun oleh nelayan sebagai tempat ngobrol dan tak jarang sebagai tempat berdiskusi antar nelayan lainnya. Panas matahari tak terasa, dari sela-sela ranting pohon tertiup hembusan angin pantai, lembut dan begitu menenangkan. Obrolan dengan nelayan siang itu tidak jauh-jauh dari hasil tangkapan dan musim tangkap yang menjadi bagian hidup mereka. Sudah tidak lagi rasa takut untuk bercerita tentang alat tangkap yang saat ini mereka gunakan, karena mereka sudah cukup paham bagaimana sebaiknya mereka memperlakukan alam dimana para nelayan menggantungkan hidup mereka.
Teluk Bumbang merupakan salah satu Kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) di kabupaten Lombok Tengah. TWP Teluk Bumbang terletak di desa Mertak, kecamatan Pujut. Kawasan ini merupakan salah satu tempat bermunculnya benih-benih alami udang lobster yang ditangkap oleh nelayan sebagai mata pencharian mereka.Sehingga di pesisir pantai terlihat puluhan keramba nelayan dimanfaatkan sebagai budidaya mereka. Jenis-jenis lobster yang menjadi komoditas tangkapan mereka diantaranya : lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus cygnus), lobster pasir (Panulirus cygnus) dan lobster batu (Panulirus homurus). Komoditas tangkap lainnya seperti ikan beronang, cumi-cumi dan gurita juga merupakan salah satu hasil tangkap yang dimanfaatkan oleh nelayan sebagai mata pencharian mereka. Aturan-aturan terkait penangkapan, zonasi dan Kawasan Larang Ambil (KLA) telah disepakati oleh nelayan agar sumber daya laut yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Mengobrol meupakan suatu cara untuk memahami kondisi emosional orang lain. Proses menerima dan memahami informasi akan menimbulkan efek saling menghargai dan menimbulkan kesan tertentu. Tak jarang dari mengobrol akan timbul sebuah pengalaman dan cerita baru yang menarik menjadi refrensi hidup kita. Aku selalu merasa bahagia jika mengobrol tentang pengalaman hidup dan tempat-tempat baru yang bisa dikunjungi.

 
Di sela-sela mengobrol dengan nelayan Teluk Bumbang, aku melihat sebuah bukit yang berada di seberang teluk. Bukit itu membuatku begitu penasaran. Sebuah bukit yang berada di seberang pesisir Teluk Bumbang yang hijau dan cukup tinggi menjulang. Selain hijaunya perpohonan yang tumbuh di atas bukit. Dari jauh pesisir bukitnya pun ditumbuhi oleh pohon bakau. Ketika siang, air laut pesisir teluk biasanya surut "madak".Situasi ini membuat rasa penasaranku begitu mudah diobati. Nelayan setempat menyebut tempat ini sebagai bukit Perigi dan pantainya disebut pantai Perigi. Selain itu, pantai Perigi juga memiliki garis pantai yang cukup panjang. Ada beberapa kegiatan nelayan yang bisa ditemukan di sini, diantaranya: memancing, mencari bibit ikan tongkol dan menyelam.

Tidak seperti pantai pada umumnya, pada pinggir pantai Perigi ini terdiri dari bebatuan. Bukit yang ditumbuhi oleh perpohonan membuat suasana pantai menjadi rindang. Duduk di pinggir pantai setelah lelah berjalan, merasakan hamparan angin sepoi-sepoi membuat hati terasa damai menghapus bulir keringat yang keluar dari sela pori-pori. Sambil melihat pemandangan barisan perbukitan desa Mertak dan luasnya kawasan TWP Teluk Bumbang. Aktifitas nelayan menambah kesan kehidupan mereka yang dilakukan sangat konsisten. Di atas bukit juga terdengar berbagai macam suara burung saling bersahutan. Bagaimanapun juga suaranya tak ingin kalah dengan suara ombak pantai yang tenang dan desiran angin pantai yang khas.

Menghabiskan waktu seharian di TWP Teluk Bumbang dan mengunjungi pantai Perigi mengingatkanku tentang bukanlah suatu pencapaian yang bisa diraih oleh orang-orang tertentu, namun merupakan hasil dari kekompakan dan kegigihan melalui berbagai masa yang merupakan suatu kombinasi unik dari ide, gaya, hidup, kepercayaan dan tingkah laku. Semua kombinasi unik itu ada di tempat ini.
Semoga selalu tetap konsisten untuk menciptakan kombinasi unik yang telah lama dilakukan. Jauh dari hal-hal yang akan merusak tantanan yang telah lama dibentuk oleh alam itu sendiri. Namun membiarkannya ada untuk mencapai suatu keseimbangan alam yang dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Comments

Popular posts from this blog

Masjid Jami Saleh Hambali Perkuat Keislaman di Bengkel

Tiga Spot Camping Seru di Sembalun

Menikmati Serunya Snorkeling di Gili Petelu