Eco-Tourism Mangrove Sekotong


Provinsi NTB memiliki potensi Sumber Daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang cukup besar. Sumberdaya ini mencakup berbagai jenis ikan yang dimanfaatkan dalam kegiatan perikanan, tangkap, budidaya, pengolahan hingga pemasarannya, ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun yang beraneka ragam sehingga mendukung kegiatan wisata bahari, alur laut untuk pelyaran, hingga potensi bahan tambang yang bermanfaat bagi penyediaan energi dan bahan baku industri tambang maupun manufaktur lainnya.

Desa Sekotong, Lombok Barat memiliki lahan penanaman mangrove yang paling luas di Lombok. Daerah tersebut memiliki dua spot pengembangan yang potensial, yaitu spot bagian selatan yang teridiri dari teluk sepi dan kawasan utara, mulai dari lembar sampai dengan bangko-bangko. Selain itu mangrove juga tumbuh di pulau kecil yang ada di sekotong yaitu Gili Gede.

Lahan penanaman yang merupakan milik masyarakat merupakan kawasan yang dijadikan sebagai pengembangan hutan wisata mangrove tersebut. Penanaman lahan di area 240 hektar tersebut sudah tertanam sebanyak 450 bibit mangrove yang telah tertanam. Bibit mangrove tersebut didapatkan dari swasta yang kemudian ditanam oleh masyarakat sekitar area tersebut. Ada tiga desa yang menjadi target penanaman mangrove tersebut. Desa-desa tersebut adalah Eat Mayang, Labuhan Tereng dan Lembar.

Penanaman mangrove tersebut didsarkan terhadap keinginan masyarakat untuk menanam mangrove tersebut. Timbulnya kesadaran akan manfaat ekonomi dan ekologi dari mangrove tersebut membuat masyarakat antusias dalam hal mengumpulkan bibi-bibit mangrove dan menanamnya dilahan yang masih kosong.

Kesadaran masyarakat terlihat dari tahun 2011 sudah tidak ada penebangan kembali. Pihaknya sudah mengajukan proposal kepada pemerintah provinsi (pemprov) untuk diberikan dukungan baik bibit maupun fasilitas di daerah pengembangan kawasan wisata hutan mangrove tersebut. Setelah penanaman pemerintah diharapkan ikut andil dalam hal memberikan sosialisasi kepada masyarakat akan manfaat mangrove tersebut.


Berdasarkan hasil diskusi bersama dengan Kepala Laboratorium Biologi Kelautan Fakultas Mipa Universitas Mataram (Unram) Hilman Ahyadi. Pengembangan hutan mangrove di Lombok, khususnya Lombok Barat (Lobar), sangat potensial untuk dikembangkan. Bukan hanya karena memiliki kawasan untuk menanam yang paling luas di Lombok, tetapi dari segi akses transportasi bisa menjadi salah satu area wisata yang menguntungkan di Lobar. Dalam hal menanam mangrove tersebut harus sesuai dengan jenis mangrove dan substrat (Lingkungan) penanaman. Sehingga, apabila sudah ditanam mangrove di area tersebut, tidak akan merusak ekosistem yang dimiliki oleh daerah pesisir dan laut tersebut. Jenis mangrove yang dimiliki didaerah tersebut beraneka ragam diantaranya adalah Afisinia dan soniraksia, rizofora, gurguira, seriup dll. Saat ini, mangrove yang hanya ditanam disana adalah mangrove jenis Rizofora.

Pengembangan mangrove tersebut harus didasarkan pada pendekatan manfaat ekologi dan ekonomi. Artinya adalah penanaman mangrove tersebut bermanfaat sebagai tempat untuk berkembangbiaknya binatang laut. Selain itu, daerah sekotong merupakan daerah imigrasi burung, sehingga apabila sudah dikembangkan hutan wisata ditempat tersebut bisa dimanfaatkan sebagai tempat tinggal burung tersebut. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai tempat penelitian jenis burung-burung tersebut (Bird watching). Sedangkan manfaat ekonominya adalah enis mangrove buguira bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tepung, sabun dan bahan-bahan industri. Senyawa bioaktif darimangrove sangat banyak sekali. Setelah itu mengajarkan mereka untuk mengolah dan menbuat bahan baku tersebut tanpa harus menebang mangrove tersebut.

Selain itu, manfaat mangrove sangat besar, baik akar, batang dan daunnya. Akar dari mangrove bisa dijadikan sebagai kerajinan tangan dan menahan jaring penagkapan ikan para nelayan sehingga tidak dibawa arus laut. Kulit dari batang kayu mangrove tersebut bisa dijadikan sebagai pewarna alami yang memiliki manfaat buat masyarakat. Batang dari pohon mangrove diklaim sangat kokoh untuk membangun rumah dan lainnya. Selain itu, daun dari pohon mengrove bisa dijadikan sebagai pakan ternak dimana hal tersebut, sangat cocok dimanfaatkan di daerah sekotong yang merupakan daerah yang perkebunan dan sering terkena musim paceklik.

Potensi lainnya bisa dimanfaatkan sebagai salah satu tempat wisata yang berbasis ecotourism dan education. Apabila kawasan wisata mangrove tersebut sudah dikembangkan maka bisa dijadikan sebagai tempat wisata yang sangat menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian di kawasan pengembangan hutan tersebut. Selain itu, hutan wisata tersebut bisa dijadikan sebagai temapt belajar mengenai ekosistem dan ekologi lainnya. Sehingga menjadikan kawasan yang disebut dengan Intergrited Tourism.


Comments

Popular posts from this blog

Masjid Jami Saleh Hambali Perkuat Keislaman di Bengkel

Tiga Spot Camping Seru di Sembalun

Menikmati Serunya Snorkeling di Gili Petelu