Tentang Harapan Nelayan di Teluk Ekas

Berada pada sebuah kegelapan menjadi sebuah keyakinan bahwa manusia memang membutuhkan cahaya untuk menyibak tanda kehidupan. Ada yang menghindarinya karena rasa takut yang berlebihan, bahkan ada pula yang sengaja berada jauh dari cahaya agar bisa melihat gugusan bintang-bintang di angkasa. Tentu kita jadi berpikir tentang sebelum Michael Faraday menemukan listrik dan Thomas Alpha Edison menemukan bola lampu, gelap menjadi suatu anugerah bagi sang pengembara pada jaman dulu. Gelap membawa mereka pada tujuan yang ingin mereka capai. Melalui rasi bintang yang terlihat saat malam gelap sebagai penunjuk arah. Kegelapan mampu membawa seseorang untuk mencapai sebuah cahaya dan harapan. Harapan ini pula terasa sekali di Teluk Ekas, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Berada di kawasan pesisir timur pulau Lombok, Teluk Ekas tetap mempesona baik saat pagi, sore bahkan pada malam hari. Baik itu pesona keindahan maupun harapan-harapan yang dimilikinya.

Di pagi buta sebelum matahari muncul menghangatkan embun di dedaunan dan menyapa perbukitan. Suara mesin perahu ketinting sudah terdengar bersautan. Suara sumbang mesin terdengar seperti memanggil nelayan lain untuk terbangun. Ini seperti ritual pagi buta nelayan pada lautan. Disaat itu pula para nelayan sudah mulai sibuk dengan aktifitas melaut mereka. Ada nelayan yang pergi ada pula yang saat itu kembali dengan hasil melaut mereka. Nelayan kembali dengan mencapai harapan awal, ada yang sekedar kembali dan tidak sedikit menciptakan begitu banyak capaian tentang harapan nelayan dan keluarga tercinta. Pagi telah mulai benderang beberapa nelayan terlihat masih sibuk di pesisir pantai. Memperbaiki jaring dan menyandarkan perahu di dermaga pantai. Sementara itu, anak-anak terlihat riang menikmati dinginnya air laut pagi Teluk Ekas. Sesekali mereka menaiki perahu yang berada 10 meter dari pesisir dan kemudian melakukan atraksi melompat dari atas perahu tersebut. Kebahagian terlihat jelas dari ekspresi wajah mereka. Para ibu nelayan sibuk dengan hasil tangkapan sebagai jawaban dari sebuah harapan.

Pada sore hari yang hangat, suara mesin perahu ketinting mulai terdengar. Terlihat ikan-ikan kecil disiapkan di dalam bak berukuran sedang. Ikan-ikan tersebut akan dibawa ke keramba sebagai pakan lobster. Setelah kembali melaut pada pagi buta disore yang hangat nelayan mengisi sore hari dengan berbudi daya ikan lobster. Para nelayan yang berani berspekulasi melakukan kegiatan ini dengan senang hati. Namun, tidak sedikit pula yang bahagia dengan cukup menjadi nelayan yang bangun pada pagi buta saja. Setelah dari keramba masih pada sore yang hangat, matahari yang merindu untuk menghangatkan belahan bumi lainnya pelan-pelan ingin berlalu. Setelah menikmati kebahagian nelayan akan harapan di pagi hari dan rencana-rencana lainnya pada sore yang hangat. Ritual matahari menyambut petang untuk segera tenggelam menjadi sesuatu hal yang fardhu untuk disaksikan. Matahari hari tetap akan tenggelam namun harapan para nelayan di Teluk Ekas tetap tertanam baik pada saat petang, pagi menjelang dan bahkan pada saat sore yang hangat.

Comments

  1. suka gaya bertuturnya,,,klo ksni lg ajak2 donk..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih bang Herman, ayo bang kita ke sana bareng kak Ema.. :)

      Delete

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung di blog saya

Popular posts from this blog

Masjid Jami Saleh Hambali Perkuat Keislaman di Bengkel

Tiga Spot Camping Seru di Sembalun

Menikmati Serunya Snorkeling di Gili Petelu