Tentang Harapan Nelayan di Teluk Ekas
Di pagi buta sebelum matahari muncul menghangatkan embun di dedaunan dan menyapa perbukitan. Suara mesin perahu ketinting sudah terdengar bersautan. Suara sumbang mesin terdengar seperti memanggil nelayan lain untuk terbangun. Ini seperti ritual pagi buta nelayan pada lautan. Disaat itu pula para nelayan sudah mulai sibuk dengan aktifitas melaut mereka. Ada nelayan yang pergi ada pula yang saat itu kembali dengan hasil melaut mereka. Nelayan kembali dengan mencapai harapan awal, ada yang sekedar kembali
Pada sore hari yang hangat, suara mesin perahu ketinting mulai terdengar. Terlihat ikan-ikan kecil disiapkan di dalam bak berukuran sedang. Ikan-ikan tersebut akan dibawa ke keramba sebagai pakan lobster. Setelah kembali melaut pada pagi buta disore yang hangat nelayan mengisi sore hari dengan berbudi daya ikan lobster. Para nelayan yang berani berspekulasi melakukan kegiatan ini dengan senang hati. Namun, tidak sedikit pula yang bahagia dengan cukup menjadi nelayan yang bangun pada pagi buta saja. Setelah dari keramba masih pada sore yang hangat, matahari yang merindu untuk menghangatkan belahan bumi lainnya pelan-pelan ingin berlalu. Setelah menikmati kebahagian nelayan akan harapan di pagi hari dan rencana-rencana lainnya pada sore yang hangat. Ritual matahari menyambut petang untuk segera tenggelam menjadi sesuatu hal yang fardhu untuk disaksikan. Matahari hari tetap akan tenggelam namun harapan para nelayan di Teluk Ekas tetap tertanam baik pada saat petang, pagi menjelang dan bahkan pada saat sore yang hangat.
suka gaya bertuturnya,,,klo ksni lg ajak2 donk..:)
ReplyDeleteterima kasih bang Herman, ayo bang kita ke sana bareng kak Ema.. :)
Delete